Yudhistira dan Gus Dur: Dua Tokoh Luhur dari Masa yang
Berbeda
By:
Handoko Wijaya
33411184
Pada kali ini saya akan
menjelaskan kesamaan antara seorang tokoh pewayangan, Yudistira, dengan mantan
Presiden kita, Alm. Abdurrahman Wahid atau yang lebih sering dipanggil Gus Dur.
Penjelasan ini didasarkan oleh sebagian
kecil kehidupan kedua tokoh yang umum kita dengar.
Yudistira alias Dharmawangsa, adalah
salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia
merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan
pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia
merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para
putera Pandu.Dalam
tradisi pewayangan, Yudistira
diberi gelar "Prabu" dan
memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta.
Abdurrahman
Wahid alias Gus Dur adalah salah satu
tokoh politik Indonesia yang sangat fenomenal kebijakannya sewaktu Beliau
menjabat sebagai Presiden Repulik Indonesia ke 4 dari tahun 1999 hingga 2001 .
Ia merupakan Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara hampir sama
dengan Yudistira yang merupakan yang anak yang tertua. Sewaktu di pesantren,
Abdurrahman Wahid lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur, dimana "Gus"
adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati
"abang" atau "mas".Wahid lahir dalam keluarga yang sangat
terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H.
Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu,
K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas
pada perempuan
Arti nama
Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna
"teguh atau kokoh dalam peperangan". Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja,
yang bermakna "raja Dharma",
karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya.
Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira
adalah:
- Ajataśatru, "yang tidak memiliki musuh".
- Bhārata, "keturunan Maharaja Bharata".
- Dharmawangsa atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
- Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru".
- Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru".
- Kurupati, "raja Dinasti Kuru".
- Pandawa, "putera Pandu".
- Partha, "putera Prita atau Kunti".
Beberapa di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh
tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma, dan Duryodana. Selain
nama-nama di atas, dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama
atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira, misalnya:
- Puntadewa, "derajat keluhurannya setara para dewa".
- Yudistira, "pandai memerangi nafsu pribadi".
- Gunatalikrama, "pandai bertutur bahasa".
- Samiaji, "menghormati orang lain bagai diri sendiri".
Sedangkan Abdurrahman
Wahid mempunyai arti nama “ sang pendobrak”
Dan nama panggilannya Gus
Dur mempunyai arti “ mas atau abang”
Para santri biasa menyebut
Gus Dur, ayah dan kakeknya yang amat dihormati dengan “al Karim Ibn al Karim
Ibn al Karim” (orang yang mulia putra orang yang mulia putra orang yang
mulia)
Sifat dan kesaktian
Sifat-sifat Yudistira tercermin dalam nama-nama
julukannya, sebagaimana telah disebutkan di atas, sifatnya yang paling menonjol
adalah adil, sabar, jujur, taat pada ajaran agama, penuh percaya diri dan
berani berspekulasi. Hal yang sama terlihat pada alm Gus Dur, sifatnya
sangat tercermin dalam arti namanya
sebagai pendobrak, pendobrak semua kesalahpahaman mengenai makna pluralitas
dalam kehidupan berwarganegara. Beliau mampu mengajarkan kita, bangsa Indonesia
mengenai pluralisme antara etnis, suku, agama dan perbedaan lainnya.
Yudhistira, Sifat beliau yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat
pada ajaran agama, penuh percaya diri, berani berspekulasi, keras atu tidak
mudah digoyahkan, serta sangat humanis. Beriku adalah perbadingan keduanya:
Adil
Yudhitira
Sifat adil Yudistita terlihat sekali ketika terjadi
suatu kisah dimana suatu hari tedapat suatu Yaksa yang menguji Yudhistira
dengan berbagai macam pertanyaan.Karena kegemilangan Yudhistira dalam menjawab
pertanyaan yaksa yang merupakan samaran dari Dewa Dharma Akhirnya, Yaksa pun
mengaku kalah, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja. Dalam hal
ini, Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali. Yaksa heran karena
Nakula adalah adik tiri, bukan adik kandung. Yudistira menjawab bahwa dirinya
harus berlaku adil. Ayahnya, yaitu Pandu memiliki dua orang istri. Karena
Yudistira lahir dari Kunti, maka yang dipilihnya
untuk hidup kembali harus putera yang lahir dari Madri, yaitu Nakula
Gus Dur
Sifat keadilan Gus Dur terlihat sekali pada saat
terjadi ketidakadilan terhadap kelompok minoritas. Seperti suatu kasus yang
terjadi pada Gereja di ciledug, dimana suatu hari terdapat demo penolakan
kegiatan gereja, namun Gus Dur turun tangan sendiri menghadapi pendemo dan
mengkritik mereka habis-habisan. Sifat keadilan Gus Dur juga tampak pada saat
ia memperbolehkan hari raya Imlek untuk dirayakan dan menjadi hari libur
nasional, setelah sebelumnya dilarang habis-habisan oleh rezim orde baru
Suharto. Penggunaan aksara Tionghoa yang sebelumnya ditentang oleh rezim
soeharto juga diperbolehkan oleh Gus Dur, sehingga kini tidak ada lagi keraguan
menggunakan aksara Tionghoa di komunitas tionghoa
Taat
terhadap ajaran agama
Yudhistira
Sikap Yudhistira yang taat pada ajaran agama terlihat
pada 2 penggalan cerita berikut ini;
“Pandawa dan Korawa kemudian mempelajari ilmu agama, hukum, dan tata negara kepada Resi Krepa. Dalam pendidikan tersebut,
Yudistira tampil sebagai murid yang paling pandai. Krepa sangat mendukung
apabila tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandawa tertua itu. Setelah itu,
Pandawa dan Korawa berguru ilmu perang kepada Resi Drona. Dalam pendidikan kedua ini, Arjuna tampil sebagai murid yang paling
pandai, terutama dalam ilmu memanah. Sementara
itu, Yudistira sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata tombak.”
“Kitab Mahabharata bagian
kedua atau Sabhaparwa mengisahkan
niat Yudistira untuk menyelenggarakan upacara Rajasuya demi
menyebarkan dharma dan
menyingkirkan raja-raja angkara murka. Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa memimpin tentara masing-masing ke
empat penjuru Bharatawarsha (India
Kuno) untuk mengumpulkan upeti dalam penyelenggaraan upacara agung tersebut”
Gus Dur
Dalam kehidupan beliau yang memang lahir dari keluarga
seorang ulama terkenal, lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam
komunitas Muslim Jawa Timur. Memang Gus Dur telah diajarkan banyak ajaran
agama. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Wahid pindah ke Magelang untuk
memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Ia mengembangkan reputasi
sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua
tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Wahid pindah ke Pesantren
Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara melanjutkan pendidikannya sendiri,
Abdurrahman Wahid juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya
sebagai kepala sekolah madrasah. Pada tahun 1963, Wahid menerima
beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo,
Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Gus Dur kembali ke Jakarta
mengharapkan bahwa ia akan pergi ke luar negeri lagi untuk belajar di
Universitas McGill Kanada namun pada waktu itu keadaan pesantren sangat kacau
maka itu Gusdur memilih batal belajar luar negeri dan lebih memilih
mengembangkan pesantren. Pada tahun 1974 kontribusinya pada ajaran agama juga
terlihat ketika ia mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di
Pesantren Tambakberas dan segera mengembangkan reputasi baik. Satu tahun
kemudian Wahid menambah pekerjaannya dengan menjadi Guru Kitab Al Hikam.Banyak
juga yang mengatakan bahwa Gus Dur adalah Bapak sufisme karena kemahirannya
mengajarkan islam sufisme di
Indonesia.
Penuh
percaya diri
Yudhistira
Sikap penuh
percaya diri Yudistira terlihat pada suatu penggalan kisah berikut
“Setelah kehabisan pasukan, Duryodhana bersembunyi
di dasar telaga. Kelima Pandawa didampingi Kresna berhasil menemukan tempat itu.
Duryodana pun naik ke darat siap menghadapi kelima Pandawa sekaligus. Yudistira
menolak tantangan Duryodhana karena Pandawa pantang berbuat pengecut dengan
cara main keroyok, sebagaimana para Korawa ketika membunuh Abimanyu pada hari
ke-13. Sebaliknya, Duryodana dipersilakan bertarung satu lawan satu melawan
salah seorang di antara lima Pandawa. Apabila ia kalah, maka kerajaan harus dikembalikan
kepada Pandawa. Sebaliknya apabila ia menang, Yudistira bersedia kembali hidup
di hutan. Bima terkejut mendengar keputusan Yudistira yang seolah-olah memberi kesempatan
Duryodana untuk berkuasa lagi, padahal kemenangan Pandawa tinggal selangkah
saja. Dalam hal ini Yudistira justru menyalahkan Bima yang dianggap kurang
percaya diri. Duryodana meskipun bersifat angkara murka namun ia juga seorang
pemberani. Ia memilih Bima sebagai lawan perang tanding, yang paling gagah di
antara kelima Pandawa. Setelah pertarungan sengit terjadi cukup lama, akhirnya
menjelang senja Duryodana berhasil dikalahkan dengan dipukul titik
kelemahannya, yaitu paha. Ini sekaligus menuntaskan sumpah Bima yang akan
membunuh Duryodana karena penghinaannya terhadap Dropadi. Balarama marah dan
bertekad untuk membunuh Bima karena paha merupakan sasaran yang terlarang dalam
duel gada, namun diperingatkan oleh Kresna bahwa Bima hanya berusaha
menjalankan sumpahnya. Duryodana pun tewas secara perlahan setelah saling
bersilat lidah dengan Kresna.”
Gus Dur
Sikap Percaya diri Gus Dur terlihat sekali ketika ia
berani mengambil kebijakan-kebijakan yang dinilai sangat nekad dan berani bagi
sebagian besar orang, bayangkan saja ketika ia menjabat sebagai Presiden RI beliau
menghapus kebijakan yang melarang imlek, yang biasa diikuti oleh orang-orang
Tionghoa, beliau juga berani dalam menhapus pelarangan terhadap marxisme dan
leninisme, yang merupakan ideologi PKI. Padahal kita tahu bahwa PKI sudah “dihitamkan”
oleh negara dan dilarang habis-habisan. Dan juga ketika ia dengan percaya diri mengeluarkan
kebijakan untuk berdamai dengan Israel, padahal kita tahu mayoritas muslim di
dunia termasuk Indonesia sangat anti pada Israel, jangankan ingin berdamai
dengan mereka, melihat bendera Israel di negara Islampun sudah dicurigai
macam-macam. Namun beliau mengatakan bahwa sangat aneh jika tidak dapat bekerja
sama dengan Israel yang merupakan negara berbasis Agama, beliau juga
menambahkan bahwa dengan bekerjasama dengan Israel, diharapkan Israel dapat
melunak dengan negara-negara Islam yang lain. Gus Dur juga mengakui bendera Papua,
identitas kultural Papua, lagu-lagu kebangsaan Papua, tanpa harus takut bahwa
Papua akan meminta kemerdekaan dari Indonesia.Berikut adalah kebijaka-kebijakan
Gus Dur lainnya:
Kebijakan Gus Dur selama beliau memimpin Indonesia :
- Membubarkan Departemen Penerangan yang menandakan dimulainya era kebebasan pers setelah dibungkam selama puluhan tahun
- Membubarkan Departemen Sosial,dimana departemen ini adalah Departemen paling korup pada zamannya
- Mendirikan Departemen Eksplorasi Laut sehingga mengangkat harkat martabat nelayan serta menyadarkan bangsa ini bahwa Indonesia adalah Negara Maritim
- Mengembalikan Dwi FUngsi ABRI dengan mengembalikan Tentara kebarak serta Pemisahan TNI dan Polri
- Menghilangkan diskriminasi yg menmpa warga Tionghoa dengan penghapusan pelarangan budaya, bahasa, dan adat istiadat Tionghoa
- Menjadikan hari Imlek sebagai hari libur nasional
- Membuat terobosan rekonsiliasi dengan GAM dengan mengirim Mensesneg Bondan Gunawan bertemu dengan panglima GAM Teungku Abdullah Syafei, akhirnya masyarakat Aceh bisa merasakan perdamain hingga sekarang ini
- Berhasil meredam Gejolak masyarakat Papua dengan penyelesaian secara kultural dengan mengembalikan nama Papua yg sebelumnya adalah Irian Jaya.
- Mengevaluasi ulang Kontrak Karya PT. Frepoort yang banyak merugikan Negara dan masyarakat Papua
- Mengeluarkan Dekrit yang membubarkan DPR (pada kenyataanya tidak mewakili aspirsi rakyat) dan membekukan Golkar ( waktu itu Golkar dianggap masyarakat adalah bagian rezim orde baru yang bisa menghambat reformasi)
- Membela kaum buruh dengan membikin peraturan tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Upah Pesangon, Uang Penghargaan dan Ganti Rugi oleh Perusahaan.
- Berhasil membebaskan TKI dari hukuman mati yang terjadi diluar negeri berkat lobi tingkat tinggi yang dilakukan oleh Gus Dur.
- Berencana melakukan moratorium pengirim TKI ke Arab Saudi karena protes atas tingkat kekerasan dan pelecehan yang dialami TKI
- Menaikan Gaji Pegawa Negeri hingga 200%,hingga kin Gaji Pegawai Negeri
- tiap tahun selalu naik,hanya pada era Gus Durlah Gaji PNS naik fantastis
- Menjadikan Istana Negara benar-benar sebagai Istana rakyat,rakyat kecil bisa masuk ke Istana Negara
- Menghemat biaya negara dengan tinggal di Istana Negara bersama keluarga
Kesaktian
Yudistira dalam Mahabharata terutama
dalam hal memainkan senjata tombak Sementara itu, versi pewayangan Jawa lebih menekankan pada kesaktian
batin, misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di hutan
Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka.
Hal yang sama terlihat pada alm Gus Dur, sifatnya
sangat tercermin dalam arti namanya
sebagai pendobrak, pendobrak semua kesalahpahaman mengenai makna pluralitas
dalam kehidupan berwarganegara. Beliau mampu mengajarkan kita, bangsa Indonesia
mengenai pluralisme antara etnis, suku, agama dan perbedaan lainnya. Dan
mengajarkan kita semua sifat kemanusiaan yang universal. Yang menarik justru
dalam kehidupan Beliau, Beliau pernah diceritakan memiliki kemampuan batin
tertentu, seperti dapat menjawab pertanyaan Guru padahal ia sering ketiduran
dikelasnya ataupun pernah meramalkan bahwa beliau akan menjadi Presiden RI,
sama seperti Yudhistira dalam pewayangan Jawa. Hampir sama dengan Yudhistira,
Sifat beliau yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat pada ajaran
agama, penuh percaya diri, berani berspekulasi, keras atu tidak mudah
digoyahkan, serta sangat humanis
PERJALANAN
TERAKHIR KEDUA TOKOH
Yudhistira
Lengser lalu naik ke sorga
Setelah permulaan zaman Kaliyuga dan
wafatnya Kresna, Yudistira
dan keempat adiknya mengundurkan diri dari urusan duniawi. Mereka meninggalkan
tahta kerajaan, harta, dan sifat keterikatan untuk melakukan perjalanan
terakhir, mengelilingi Bharatawarsha lalu menuju
puncak Himalaya. Di kaki
gunung Himalaya, Yudistira menemukan anjing dan kemudian hewan tersebut menjdi
pendamping perjalanan Pandawa yang setia. Saat mendaki puncak, satu per satu
mulai dari Dropadi, Sadewa, Nakula, Arjuna, dan Bima meninggal dunia. Masing-masing terseret oleh kesalahan dan dosa yang
pernah mereka perbuat. Hanya Yudistira dan anjingnya yang berhasil mencapai puncak
gunung, karena kesucian hatinya.
Dewa Indra, pemimpin masyarakat kahyangan,
datang menjemput Yudistira untuk diajak naik ke swarga dengan kereta kencananya. Namun,
Indra menolak anjing yang dibawa Yudistira dengan alasan bahwa hewan tersebut tidak
suci dan tidak layak untuk masuk swarga. Yudistira menolak masuk swargaloka
apabila harus berpisah dengan anjingnya. Indra merasa heran karena Yudistira
tega meninggalkan saudara-saudaranya dan Dropadi tanpa mengadakan upacara
pembakaran jenazah bagi mereka, namun lebih memilih untuk tidak mau
meninggalkan seekor anjing. Yudistira menjawab bahwa bukan dirinya yang
meninggalkan mereka, tapi merekalah yang meninggalkan dirinya.
Kesetiaan Yudistira telah teruji. Anjingnya pun
kembali ke wujud asli yaitu Dewa Dharma, Ayahnya. Bersama-sama mereka naik
ke sorga menggunakan kereta Indra. Namun ternyata keempat Pandawa tidak
ditemukan di sana. Yang ada justru Duryodana dan
adik-adiknya yang selama hidup mengumbar angkara murka. Indra menjelaskan bahwa
keempat Pandawa dan para pahlawan lainnya sedang menjalani penyiksaan di neraka. Yudistira menyatakan siap masuk
neraka menemani mereka. Namun, ketika terpampang pemandangan neraka yang
disertai suara menyayat hati dan dihiasi darah kental membuatnya ngeri. Saat
tergoda untuk kabur dari neraka, Yudistira berhasil menguasai diri. Terdengar
suara saudara-saudaranya memanggil-manggil. Yudistira memutuskan untuk tinggal
di neraka. Ia merasa lebih baik hidup tersiksa bersama sudara-saudaranya yang
baik hati daripada bergembira di sorga namun ditemani oleh kerabat yang jahat.
Tiba-tiba pemandangan berubah menjadi indah. Dewa Indra muncul dan berkata
bahwa sekali lagi Yudistira lulus ujian, karena waktunya yang sebentar di
Neraka adalah sebagai penebus dosa ketidakjujuran Yudistira terhadap Drona soal
kematian Aswatama. Ia menyatakan bahwa sejak saat itu, Pandawa Lima dan para
pahlawan lainnya dinyatakan sebagai penghuni Surga, sementara para korawa akan
menjalani siksaan yang kekal di neraka.
Menurut versi pewayangan Jawa, kematian para Pandawa terjadi
bersamaan dengan Kresna ketika
mereka bermeditasi di dalam Candi Sekar. Namun, versi ini kurang begitu
populer karena banyak dalang yang lebih
suka mementaskan versi Mahabharata yang penuh
dramatisasi sebagaimana dikisahkan di atas.
Gus Dur
Prosesi Pemakaman yang Diikuti
Ribuan Pelayat dari Berbagai Lintas Agama dan Kepercayaan
Prosesi pemakaman Gus Dur merupadkan
salah satu prosesi pemakaman yang paling masiv yang pernah ada di Indonesia,
banyak pejabat mulai dari tingkat RT sampai mentri, duta besar, sampai mantan
presiden yang mengikuti proses pemakaman. Selain itu yang menarik adalah
banyaknya pemuka agama dari berbagai lintas agama yang hadir pada prosesi
pemakaman tersebut. Semuanya terasa menyatu dan memberikan paham kebinekaan
yang indah. Alm Gus Dur telah berpulang pada 30 Des 2009 karena penyakit
komplikasi yang dideritanya sejak lama. Kita semua berharap semoga Ia dapat
diterima di sisiNya.
“Guru
spiritual saya adalah realitas. Dan guru realitas saya adalah spiritualitas”
– Abdurrahman Wahid–
– Abdurrahman Wahid–
Sumber terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar